Mengapa Terjadi Gempa di Pasaman Barat dan Benarkah Diikuti Liquifaksi?

Jum’at pagi (25/02/2022) masyarakat di tiga Provinsi yakni Sumatera Barat, Riau, dan Sumatera Utara dikejutkan oleh guncangan gempa yang cukup besar. Banyak yang bertanya dan mencari tahu dimana lokasi pusat gempa. Hasil penelusuran di berbagai media sosial berita dan BMKG menunjukkan bahwa gempa berpusat di 18 Km timur laut Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat pada koordinat 0° 14′ LU dan 99° 99 BT.

Lokasi ini berada di sekitar Kecamatan Talamau Kabupaten Pasaman Barat. Gempa utama terjadi dua kali masing-masing dengan Magnitude 5,2 SR dan 6,2 SR. Lokasi ini memang tidak lazim mengalami gempa, karena belakangan kegempaan di Sumatera Barat banyak terjadi di sekitar zona Megathrust Kepulauan Mentawai dan juga di sekitar danau Singkarak bagian dari Patahan Semangko Segmen Sumani – Singkarak.

Sumber : Instagram @infosumbar

Meskipun zona ini jarang mengalami gempa, namun menurut penjelasan ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Sumatera Barat Ade Edward sebagaimana diberitakan oleh @infosumbar mengatakan bahwa wilayah sekitar Talamau dilewati oleh dua segmen dari Patahan Raksasa Sumatera Sesar Semangka yakni segmen Angkola dan Segmen Barumun. Kedua segmen ini merupakan kelanjutan dari Segmen Sianok (Ngarai Sianok dan sekitarnya) di Kota Bukitinggi, Kab. Agam, dan Kab. Pasaman. Kedua segmen tersebut melewati dua Provinsi yakni Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Gempa darat dengan kedalaman 10 Km ini menurut Ade Edward berpusat di Segmen Angkola, beberapa km dari Talu.

Sumber : Google Earth.

Beberapa gambar yang beredar di media sosial juga menunjukkan bahwa gempa juga diikuti oleh aliran luapan tanah seperti lumpur atau yang dikenal dengan Liquifaksi. Beberapa gempa di berbagai lokasi memang berpotensi mengalami Liquifaksi saat terjadi gempa seperti halnya gempa yang terjadi di Palu-Donggala pada patahan Palu-Koro tahun 2018.

Sumber: Instagram @infosumbar

Menurut pakar Geologi Terapan ITB Dr. Eng. Imam Achmadi Sadisun (dikutip dari https://www.itb.ac.id/news/read/56834/home/mengapa-terjadi-likuifaksi-di-palu-menurut-ahli-geologi-itb), Liquifaksi secara sederhana dapat disebut perubahan material yang padat (solid) berupa endapan sedimen atau tanah sedimen, yang akibat kejadian gempa seakan berubah karakternya seperti cairan (Liquid). Liquifaksi hanya dapat terjadi pada tanah yang jenuh air, air yang mengisi pori-pori tanah memberikan tekanan air pori. Tanah yang berpotensi mengalami Liquifaksi didominasi oleh material pasir. Beliau juga menambahkan “dengan adanya gempa menghasilkan gaya guncangan yang kuat dan tiba-tiba, tekanan air pori tersebut menyebabkan tekanan air pori tersebut naik seketika hingga melebihi kekuatan gesek tanah. Proses inilah yang menyebabkan Liquifaksi terjadi dan menyebabkan tanah seperti melayang diantara air”.

Sampai pukul 18.08, beberapa sumber berita menunjukkan bahwa luapan tanah yang muncul bukanlah Liquifaksi, akan tetapi luapan lumpur panas sebagaimana diberitakan oleh inews Sumbar,  (https://sumbar.inews.id/berita/pasca-gempa-pasaman-barat-muncul-semburan-lumpur-panas-di-permukiman-warga). Namun demikian, belum dapat dipastikan apakah munculnya lumpur panas berkaitan dengan gempa atau tidak, di samping itu gempa juga memicu terjadinya longsor di gunung Talamau.

Sementara dari lokasi gempa sendiri sampai sore ini, dikabarkan sudah empat (4) orang meninggal dunia. Untuk itu mari kirimkan doa agar semua saudara kita di sana diberikan ketabahan dan kekuatan, musibah segera berlalu, serta bagi korban meninggal diampunkan dosanya dan diterima amal ibadahnya.*

 

 

About Hendra Saputra

Check Also

GEOPARK RANAH MINANG SILOKEK GOES TO CAMPUS

Selasa, 27 Februari 2024, Prodi Pendidikan Geografi UIN Sultan Syarif Kasim Riau berkesempatan menjadi tuan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *